Jumat, 20 Maret 2020

“APPLAUSE” TUMBUHKAN SELF ESTEEM PESERTA DIDIK


Banyak peserta didik malu bertanya, tidak berani menjawab, tidak berani maju, saat pelajaran. Bahkan tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri, sehingga harus tolah toleh saat tes dan bertanya pada teman yang lain meskipun salah. Guru harus mampu menumbuhkan harga dirinya (Self Esteem) hingga siswa menjadi percaya diri.
 Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning  mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.
Jalaluddin Rakhmat mengutip hasil penelitian yang dilakukan Jack Canfield (1982) yang menyatakan bahwa hampir setiap hari, anak memperoleh komentar negatif sebanyak 460 kata, sedangkan komentar positif hanya 75 kata. Padahal, semakin banyak komentar negatif, semakin mematikan potensi anak. Sebaliknya komentar positif atau sportif akan membuat anak sangat cepat dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut Bobbi De Porter menemukan teori Quantum Learning. Berangkat dari temuan ini, Jalaluddin Rakhmad menyatakan bahwa anak harus dijaga self esteem-nya (harga diri) positifnya, agar semakin cepat mempelajari sesuatu.
Ada beberapa cara membangun self-esteem, di antaranya adalah komunikasi  suportif, tunjukkan penghargaan terbuka, latihlah peserta didik mengekspresikan dirinya, dan kembangkan potensi intelektual sehingga anak memahami self esteem positifnya.
                Di sekolah interaksi terjadi  antar teman, dengan guru, dan semua pihak terkait. Belajar tidak hanya mencari ilmu, tetapi lebih pada membentuk karakter. Satu cara membentuk karakter yaitu menghargai keberhasilan peserta didik meskipun hal kecil. Contohnya : mengacungkan tangan untuk menjawab, mengerjakan soal di depan kelas, berani presentasi  tugas proyek. Guru jangan segan memberikan penghargaan secara terbuka atas beraniannya dengan sanjungan, seperti “ anak pinter”, “terima kasih”, “kau hebat”, “jawaban yang bagus”, bahkan dengan applause(tepuk tangan).               APPLAUSE merupakan  motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, bisa karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian anak mau melakukan sesuatu atau belajar.
APPLAUSE (tepuk tangan) merupakan bentuk  penghargaan kepada peserta didik yang mampu meningkatkan self esteemnya(harga diri) sekaligus membungkam kritik secara terbuka. Artinya, jika terpaksa peserta didik harus dikritik, hindari kritik yang mempermalukan di hadapan temannya. Dan kritik harus disertai argumen rasional sehingga anak terdorong memperbaikinya. Bahkan peserta didik memahami bahwa kita mengkritik demi kebaikan dirinya sendiri.
Semoga APPLAUSE mampu meningkatkan self esteem peserta didik, sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri. Karena percaya diri langkah awal generasi berprestasi.

Oleh Febri Setiyasih Widayati, S.Pd., M.Pd.
Terbit di Harian SoloPos pada 24 Maret 2019