Abad 21 yang sering di sebut dengan era digital membawa
dampak besar dalam kehidupan, termasuk di dunia pendidikan. Disadari atau tidak
bahwa kita berhadapan dengan peserta didik yang terlahir dengan kemajuan
teknologi, salah satuanya gadget. Dengan kemajuan teknologi ini informasi
mengalir begitu deras, bahkan guru akan ketinggalan informasi dan tertinggal
dalam menggunakan gadget dibanding peserta didiknya. Gerakan Literasi Nasional
(GLN) yang ditumbuhkan dari Literasi Sekolah jangan hanya selogan belaka.
Peserta didik harus benar-benar gemar membaca, membaca tidak hanya buku
pelajaran atau buku teks. Tetapi materi pelajaran bisa di akses melalui gadget
kapanpun dan dimanapun. Akahkah guru dalam mengadapai era digital ini hanya
semata menggunakan buku pelajaran dalam pembelajaran di kelas ?
Seperti yang
disampaikan Agung Purwoko, Ketua APKS PGRI Provinsi Jawa Tengah bahwa guru
dalam menginisiasi atau melaksanakan proses pembelajaran harus kreatif,
inovatif dan berbasis IT, juga penilaian dengan soal-soal dalam format digital
(paperless), dan optimalisasi
penggunaan android yang dibekali dengan karakter pada peserta didik dan guru.
Digitalisasi jika tidak dibarengi karakter yang baik akan berdampak negatif
bahkan kontra produktif. Guru mempunyai tanggungjawab melatih peserta didik untuk
dispilin dan komitmen yang kuat dalam memanfaatkan pelayanan pembelajaran
berbasis digital. Agar dalam memanfaatkan gadget
tidak disalahgunakan, tetapi digunakan untuk pembelajaran dan pengembangan diri
mereka. Menurut Agung tentang sekolah yang melarang peserta didik membawa gadget di dalam kelas harus diubah
paradigmanya. Guru harus dipahamkan dan dilatih memanfaatkan gadget untuk kegiatan belajar agar karakter
peserta didik tidak bias.
Hal yang
serupa juga disampaikan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang menghadiri konprov
XXII PGRI berpesan bahwa guru harus update
dan upgrade Teknologi Informasi. Ganjar
menambahkan, di era perubahan dunia yang ganas, PGRI sebagai organisasi profesi
para guru harus kerja keras untuk membimbing para siswa agar tidak menjadi
korban kediktatoran gadget. Meski dalam
pendidikan, guru harus adaptif di tengah perubahan yang cepat ini, termasuk
dalam penerapan kurikulum.
Ganjar
melihat, siapa saja orangnya sedang ditindas dan tertawan dengan gadget, sehingga merubah perilaku. Para
siswa sudah berani dengan guru. Komunikasi dengan orangtua pun tidak secara
langsung, tetapi melalui gadget.
Sehingga feel dan taste-nya hilang.
Nah, dengan kondisi demikian akankah
kita guru berdiam begitu saja, dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat dan
menghadapi peserta didik di zaman gadget tersebut?
Tentunya tidak. Kita sebagai guru harus update
dan upgrade teknologi informasi, dan
mampu memanfaatkan gadget untuk
kegiatan belajar dengan tidak meninggalkan karakter peserta didik. Pemanfaatan gadget untuk pelajaran IPA sangat
diperlukan, apalagi dengan kondisi dicanangkannya GLN justru realita di
lapangan peserta didik menjadi malas membaca buku. Bagaimana dengan kondisi
demikian, guru mampu mengitegrasikan gadget
dalam pembelajaran. Pelajaran IPA klas VII semester 2 tentang Interaksi Makhluk
Hidup dengan Lingkungan di dalamnya membahas tentang komponen biotik dan
abiotik.
Bagaimana guru mampu merencanakan fun learning di kelas. Apa itu fun learning? Fun adalah berarti kegembiraan, kesenangan, sedangkan learn adalah belajar, mempelajari.
Sesuai dengan artinya metode fun learning
adalah metode pembelajaran yang mana seorang guru harus menciptakan suasana
hangat dan menyenangkan. Di dalam buku pendamping peserta didik untuk
mempelajari komponen biotik dan abiotik harus memindai QR Code atau membuka website https://bit.ly/2JQbPHI. Website ini berisi video pembelajaran
IPA mengenai komponen
biotik dan abiotik. Dilanjutkan dengan memindai QR Code satunya atau membuka website https://bit.ly/2IArH72 yang berisi materi
tentang peran dan fungsi komponen biotik dalam ekosistem. QR Code adalah bentuk evolusi kode batang dari satu dimensi
menjadi dua dimensi. QR Code
mempunyai kemampuan menyimpan data lebih besar dibandingkan kode batang. Fun learning dengan QR Code adalah belajar menyenangkan dan gembira dengan suasana
hangat menggunakan QR Code yang ada
di gadget untuk memindai buku
pelajaran. Sebelum mulai menggunakan QR
Code guru membagikan Lembar Kerja (LK) untuk merevie hasil pengamatan video
pembelajaran, merevie materi tentang peran dan fungsi komponen biotik dalam
ekosistem, dan menjawab pertanyaaan.
Bagaimana cara menggunakan QR Code ? guru membimbing peserta didik
mendownloud QR Code melalui playstore.
Setelah install berhasil, mulai memindai QR
Code di buku pendamping dengan gadget.
Tidak butuh waktu lama peserta didik bisa mengamati video pembelajaran
tersebut. Setelah selesai mengamati
video, peserta didik mereview dan mengisi Lembar Kerja (LK) yang sudah
dibagikan. Kegiatan yang sama dilakukan untuk memindai QR Code yang ke-dua yang berisi materi tentang peran dan fungsi
komponen biotik dalam ekosistem
Ternyata peserta didik begitu
antusias menggunakan gadget dalam
pembelajaran, mengamati video pembelajaran dan mereview hasil pengamatan dalam
LK. Tidak ada suasana gaduh karena mereka asyik dengan gadgetnya. Begitu
selesai, peserta didik melakukan hal yang sama untuk memindai QR Code yang ke-dua. Pada materi tentang
peran dan fungsi komponen biotik dalam ekosistem inilah peserta didik harus
melakukan literasi yang sebenarnya. Mereka harus membaca materi yang cukup
detail, di antaranya: komponen pembentuk ekosistem yang terdiri atas komponen
biotik, yang di dalamnya berisi organisme Autotrof/produsen,
organisme Heterotrof/konsumen (herbivora, konsumen, dan dekomposer/pengurai), serta komponen
abiotik. Peserta didik juga harus merevie dan menjawab 3 pertanyaan yang ada di
buku, di antaranya : sebutkan dan jelaskan organisme yang berperan sebagai
produsen!, sebutkan dan jelaskan organisme yang berperan sebagai konsumen!, serta
sebutkan dan jelaskan organisme yang berperan sebagai pengurai!.
Ketiga pertanyaan tersebut, hanya
bisa dijawab ketika sudah membuka QR Code
karena materi tidak disajikan di dalam buku pendamping. Nah, bagaimana mungkin
jika demikian keadaannya, guru dan peserta didik tidak memanfaatkan kemajuan
teknologi yaitu gadget dalam
pembelajaran. Dengan belajar menggunakan QR
Code pembelajaran IPA akan lebih menyenangkan (fun learning). Diharapkan dengan suasana belajar yang menyenangkan prestasi/hasil
belajar IPA akan lebih meningkat.
Penulis: Febri Setiyasih Widayati, M.Pd
Terbit di DERAP GURU Edisi 243 th.XX
April 2020
1 comments:
Alhamdulillah 🤝🏻
Reply