Ilustrasi Berolahraga alihkan diri dari game online
Awalnya iseng di sela-sela
pembelajaran online di saat pandemi,
namun karena asyik kini tak bisa lepas. Iya itu awal ketika anak baru gede
(ABG), sebut saja Awan mengenal game
online. Handphone yang menjadi fasilitas utama pembelajaran daring, pada
awalnya benar-benar untuk belajar.
Setiap pagi, presensi, kemudian
mengerjakan tugas-tugas yang disampaikan guru melalui grup WA kelas. Tak hanya
belajar mandiri, terkadang ada tugas
yang mau tidak mau dikerjakan bareng teman. Nah, di situlah Awan mulai mengenal
apa itu game online. Awalnya coba-coba,
sekarang kecanduan.
Setiap ada waktu luang, handphone tak lepas dari tangannya.
Pandangannya fokus pada layar gadget miliknya.
Kadang dia ngomong sendiri, ternyata gobrol sama kawan bermainnya. Orang
tua pun tak segan mengingatkannya.
Selain disertai dengan animasi
yang menarik, game online juga
memungkinkan setiap usernya untuk saling berkompetisi dan melatih kerjasama
kelompok. Dengan berbagai fitur menarik yang ditawarkan, game online ternyata mampu memicu adiksi atau kecanduan.
Bahkan World Health Organization
(WHO), sudah menetapkan kecanduan game
online termasuk salah satu kategori mental
disorder. Bahkan ada sejumlah bahaya yang timbul akibat kecanduan game online pada anak.
Ketika kecanduan main game online, anak akan cenderung
menghabiskan waktu di dalam kamar. Sehingga, hal ini bisa memicu kekurangan
vitamin D akibat jarang terkena paparan sinar matahari. Padahal sinar marahari
merupakan salah satu stimulan vitamin D yang alami bagi tubuh.
Dilansir dalam laporan British Medical Journal, ketika bermain game dengan durasi berjam-jam nonstop,
maka bisa menyebabkan nyeri otot. Hal ini karena tubuh dipaksa untuk berada
dalam satu posisi dalam waktu lama tanpa peregangan.
Tak hanya itu, saat bermain game online dalam waktu lama, ternyata
bisa menimbulkan kerusakan pada organ mata berupa penurunan penglihatan. Mata akan
terpapar radiasi dari layar dalam waktu yang lama. Padahal, hal ini cukup
berbahaya bagi retina sebagai dampak jangka panjang.
Bermain game online membuat lupa waktu. Bahkan rela untuk tidak istirahat
hanya untuk bermain game online
secara nonstop. Hal ini membuat waktu tidur menjadi berkurang. Selain itu,
terus menerus memacu adrenalin di waktu malam juga mampu memicu penyakit
insomnia.
Lebih parah lagi, kecanduan game online, bisa menyebabkan
penderitanya lupa waktu untuk makan dan berolahraga. Sehingga bisa menjadikan
adanya perubahan bentuk tubuh. Seperti menjadi kurus kering akibat keseringan
bermain game. Ada pula orang yang
cenderung obesitas karena bermain game
sembari mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
Bisa memicu sindrom quervain. Dilansir
dari laman WebMD, sindrom quervain
kelainan yang disebabkan oleh peradangan tendon. Kondisi ini dipicu oleh gerakan tangan berulang seperti halnya saat
bermain game online. Penderita akan
mengalami rasa sakit dan kondisinya akan terus memburuk jika tak segera
diobati.
Mengatasi Kecanduan Game Online
Sebelum semakin parah, sebaiknya
batasi jadwal main game dengan ketat.
Mulai dengan mengurangi durasi bermain game
secara perlahan. Sehingga jadwal main game
anak tetap terkontrol, namun harus konsisten dalam melaksanakannya.
Kebebasan yang berlebih dalam
memegang smartphone, PC, ataupun
konsol di kamar bisa menyebabkan anak kecanduan game online. Ini membuat anak terlena karena tidak berada di bawah
pengawasan orang tua.
Cara paling efektif untuk
mengurangi kecanduan game adalah memindahkan peralatan game onlinenya di luar
kamar. Sehingga setiap waktu yang dihabiskan anak untuk bermain game bisa diawasi oleh orang tua.
Bermain game biasanya digunakan untuk menghabiskan waktu senggang. Untuk mengurangi
kecanduan game pada anak, bisa dimulai
dengan melakukan survei kegiatan apa saja yang bisa menjadi pengalihkan
perhatian.
Karena dengan menyibukkan anak
pada aktivitas baru, seperti di luar ruangan biasanya cukup efektif untuk mengalihkan
dari game online. Berolahraga bersama
dapat melatih fisik dan menyehatkan tubuh bisa mengalihkan kecanduan.
Mulailah untuk bersosialisasi
lagi, sementara tidak bermain dengan teman-teman yang kecanduan game online. Cari teman baru, atau ikuti
kegiatan selain bermain game online. Bisa
mengeksplore minat dan bakat yang selama ini terpendam. Seperti bermain musik,
melukis, berkebun, atau fotografi.
(Dikutip dari SoloPos, 10 Oktober 2021)