Rabu, 07 Juli 2021

JELAJAH ALAM TUMBUHKAN LITERASI SAINS

 

  




        Pembelajaran Jarak Jauh bukan menjadi alasan guru tidak bisa mendapatkan nilai aspek keterampilan khususnya nilai praktik, produk dan proyek. Untuk mata pelajaran IPA saat pembelajaran tatap muka nilai praktik biasanya diperoleh dengan praktikum di Laboratorium atau lingkungan sekitar sekolah. Namun, saat pembelajaran jarak jauh bukan berarti peserta didik tidak bisa melakukan praktikum. Ada banyak cara yang bisa dilakukan guru agar peserta didiknya bisa melakukan praktikum di rumah. Guru harus membuat Lembar Kerja Praktikum yang di share ke group. Lembar Kerja Praktikum tersebut meliputi Judul Praktikum, Tujuan Praktikum, Alat dan bahan, Cara Kerja, Tabel Hasil Pengamatan, dan Pertanyaan. Praktikum IPA di rumah dapat dilakukan dengan jelajah alam di sekitar tempat tinggal. Selama belajar di rumah bukan berarti menyurutkan guru dan peserta didik untuk tetap melakukan literasi. Literasi bukan hanya menggunakan buku teks pelajaran sebagai satu-satunya bahan ajar, namun bisa dilakukan dengan beragam sumber salah satunya jelajah alam sekitar tempat tinggal.

        Hasil data BPS menunjukkan bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada 2020 hingga 2030 dengan memiliki penduduk usia produktif 15-60 tahun sebanyak 70% dari jumlah penduduknya. Bonus demografi ini menjadi sasaran pasar dunia. Dan bonus demografi ini akan menguntungkan jika penduduk usia produktif memiliki bekal literasi sains yang baik. Sebaliknya, jika penduduk ini tidak dibekali dengan literasi sains, bonus demografi ini akan menjadi beban dan bencana sosial. Kita tau, ada enam dasar literasi yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, di antaranya literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya dan kewarganegaraan serta literasi finansial.

        Fakta hasil PISA 2015 menunjukkan rata-rata nilai sains negara OECD adalah 493, sedangkan Indonesia baru mencapai skor 403. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan dalam memperlakukan pendidikan sains. Dalam sistem pendidikan nasional, konsep dan pola pikir sains sudah tersurat dan menggunakan pendekatan saintifik dan inquiry. Namun, faktanya hal tersebut belum diterapkan di kelas-kelas dalam pembelajaran.

        Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan  budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016).

        Literasi sains merupakan kunci utama untuk menghadapi berbagai tantangan pada abad XXI untuk mencukupi kebutuhan air dan makanan, pengendalian penyakit, menghasilkan energi yang cukup, dan menghadapi perubahan iklim (UNEP, 2012).

        Dalam konteks sederhana literasi sains yang dilakukan peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama di masa pandemi bisa dilakukan di lingkungan sekitar rumah dengan jelajah alam sekitar. Untuk penyampaian materi IPA Kelas VII semester 2 tentang Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan, guru bisa membuat panduan praktikum di rumah dengan membuat Lembar Kerja Praktikum. Tujuan dari praktikum tersebut adalah peserta didik mampu mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik dengan benar melalui pengamatan lingkungan di sekitar tempat tinggal. Alat dan bahan yang digunakan cukup sederhana yaitu alat tulis dan lingkungan sekitar. Cara kerja yaitu dengan jelajah alam dengan mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal, misalnya halaman rumah atau kebun di belakang rumah dengan tidak merusak komponen-komponen lingkungan yang diamati. Dan mencatat semua makhluk hidup dan tak hidup yang ditemui. Kemudian menulis hasil pengamatan dalam tabel yang tersedia. Dilanjutkan membuat laporan dari hasil pengamatan melalui video dengan bahasa yang santun.

        Dengan jelajah alam sekitar tempat tinggal dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat di eksplorasi semaksimal mungkin oleh peserta didik. Selain peserta didik mampu mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik, mereka juga mampu menjawab beberapa pertanyaan di antaranya: apa peran setiap komponen tersebut dalam ekosistem? (produsen, konsumen, atau pengurai); adakah makhluk hidup yang hidup di habitat yang sama?; lingkungan mana yang memiliki keanekaragaman komponen biotik paling tinggi?; dan apa kesimpulan dari kegiatan ini?.

        Jelajah alam menjadikan bekal peserta didik melakukan pengamatan, mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik, memperoleh pengalaman baru bagi masing-masing peserta didik dan tentunya tiap peserta didik akan mendapatkan data yang tidak sama karena ekosistem alam yang diamati berbeda. Peserta didik juga mampu mengambil fenomena ilmiah, dan mengambil simpulan berdasarkan fakta. Hal ini membuktikan dengan jelajah alam peserta didik mampu menumbuhkan literasi sains selama belajar di rumah.

           (Penulis: Febri Setiyasih Widayati, S.Pd., M.Pd.)

Terbit di Derap Guru Edisi 258 Th. XXI - Juli 2021